Cerita Alula, Presiden Stuco Sekolah Cikal Lebak Bulus yang Selalu Belajar dari Penolakan dan Menjawab Tantangan

Cerita Alula, Presiden Stuco Sekolah Cikal Lebak Bulus yang Selalu Belajar dari Penolakan dan Menjawab Tantangan


“I need to challenge myself and be willing to step up becoming the leader.”

Mahira Alula

President of Student Council Sekolah Cikal Lebak Bulus

2021-2022


Sejak kecil Mahira Alula, atau yang akrab disapa Alula, senang tergabung di dalam organisasi. Sebelum menjadi Student Council (Stuco) President, sejak tahun 2017/2018 Alula sudah aktif sebagai anggota dari Stuco.


Alula bercerita tentang perasaannya ketika menjadi Stuco President pada sesi bincang-bincang (12/10) baginya menjawab tantangan dan belajar dari kepercayaan itu esensial sebagai seorang pemimpin. 


“For that, I need to challenge myself and be willing to step up becoming the leader. Because a lot of friends and Stuco members see some leadership potential in me. So I didn’t want to throw it away.” tuturnya. 



Perjalanan Alula menuju kursi Stuco President


[Momen Aula menuju kursi Stuco President. Dok. Youtube Sekolah Cikal Official]


Saat berbagi cerita, Alula mendeskripsikan proses persiapan menuju Stuco President yang cukup panjang. Sebelum melakukan kampanye, basic leadership training (BLT) harus dilalui. Para anggota Stuco sebelumnya akan menganalisis dan melihat kinerja calon pemimpin, sehingga membawa organisasi Stuco untuk menjadi lebih baik ke depannya. Setelah itu, Alula mempersiapkan untuk rencana kampanye.


“I need to elevate my aura. First of all, I must set a positive image and a positive mind. Show my strength and spirit to each other.” ceritanya. 


Melalui proses ini, Alula belajar untuk mengatur strategi dengan baik agar semua tim dapat bergerak sesuai dengan visi dan misi awal. Kemandirian yang diterapkan semenjak dini, membuatnya tak kesulitan dalam mengatur dan memutuskan berbagai hal.


“Aku menjangkau teman angkatanku serta adik kelas untuk menjadi tim sukses, kemudian berbagi tugas dengan mereka. Sebenarnya itu juga merupakan bagian dari pelatihanku sebagai Stuco President (pemimpin).” jelas Alula.


Ingatan Bersekolah Sejak Rumah Main Cikal 


Alula telah menjadi murid Cikal sejak kelas kakak-kakak (Rumah Main Cikal). Cikal sudah menjadi bagian dari dirinya hingga saat ini. Perkembangan demi perkembangan telah ia lewati dan membuatnya sangat mengenal Cikal luar-dalam. Cikal memberikan banyak sekali kesempatan untuk memaksimalkan potensi diri dan pelajaran bermakna selalu diberikan bahkan sejak usia dini.


“Kesempatan di Cikal itu banyak sekali dan aku tak ingin kehilangan semua itu karena ketakutanku. Aku berani dan siap menghadapi segala hal yang akan hadir di perjalananku. Jika aku mendapatkan kesempatan, aku akan dengan maksimal melakukan. Meskipun ada perasaan ragu tapi tetap aku akan lakukan yang terbaik. Nilai itulah yang aku dapatkan di Cikal untuk tidak takut terhadap tantangan dan menjawab tantangan tersebut.” ungkap Alula.


Lingkungan sekolah, baik itu dari guru serta teman-teman, selalu mendukung untuk menjadi versi terbaik dirinya.


Rejection Is A Part of The Process of Growing



Alula yang sangat aktif dalam kegiatan dan organisasi di dalam serta di luar sekolah menyampaikan bahwa jalannya menuju Stuco President bukanlah hal mudah. Banyak sekali tantangan yang harus dijalani, termasuk penolakan.


(Mahira Alula memiliki minat tinggi di Model United Nations. Dok pribadi]


“Pada tahun 2016, sebenarnya aku sudah mendaftar jadi anggota Stuco tapi gagal. Aku sempat terkejut apalagi karena aktif sekali di berbagai organisasi dan itu adalah penolakan pertama yang aku alami. Terlebih melihat beberapa teman yang gagal menjadi kecewa. Namun dari penolakan itu dan melihat teman-teman yang kecewa, aku jadi bangkit. Aku berjanji dengan diriku bahwa di tahun 2017 dan seterusnya akan jadi anggota Stuco. Sampai akhirnya di tahun ini aku berhasil jadi Stuco President, that’s a grateful opportunity.” cerita Alula.


Mengalami penolakan bagi sebagian orang merupakan pukulan yang berat, bahkan menjadi sebuah keputusasaan. Berbeda dengan Alula yang mampu menjadikannya motivasi untuk kembali melanjutkan perjuangan terlebih lagi menjawab tantangan. Hal inilah yang sering ia bagikan kepada teman-teman atau adik kelas yang mengalami kegagalan atau penolakan, bahwa yang ia terima sekarang merupakan hasil perjuangan. 


“Hal yang selalu aku tekankan adalah jika aku bisa di posisi sekarang, pasti kamu juga bisa.” tambah Alula.




Cikal sebagai Sebuah Keluarga


Menjalani pendidikan di Cikal sejak usia dini, Alula merasakan kolaborasi yang begitu kental mulai dari teman seangkatan, kakak kelas, maupun adik kelas. Cikal merupakan sekolah yang aman, nyaman dan semua orang selalu diterima dengan terbuka. Kolaborasi merupakan kegiatan dasar yang selalu diajarkan dalam keseharian.


[Momen Alula dan teman-teman mengikuti World Scholars Cup, Tournament of Championship. Dok.pribadi]


“Kolaborasi yang sudah menjadi keseharian membuatku dan anggota lain tak sulit beradaptasi dan berdiskusi. Nggak ada yang malu-malu untuk mengemukakan pendapat, semua punya suara yang pasti didengar dan diterima dengan tangan terbuka. Selain itu bekerja bersama bukan sebagai anggota Stuco saja namun juga teman. Itulah yang paling membuatku nyaman di Cikal.”


Cikal tak hanya menjadi sebuah komunitas saja untuk Alula, namun telah berjalan sebagai sebuah keluarga. Kesempatan untuk bonding dengan teman seangkatan atau yang berbeda angkatan selalu ada di sini.


“Tentu, di Cikal itu tidak ada senioritas atau bullying. Sejak awal selalu diajarkan untuk bersosialisasi serta menerima perbedaan satu sama lain, jadi kita saling menghargai satu sama lain. Sebagai keluarga itu kita selalu ada dan mengerti satu sama lain, karena kita ada di perjalanan yang sama, sehingga untuk belajar dan bergerak sebagai keluarga, kita harus melakukannya bersama.


Cikal berhasil menghindari senioritas atau bullying lewat kolaborasi yang sudah diterapkan sejak dini dalam kehidupan sehari-hari.(*)

I'M INTERESTED