Durasi Waktu Baca : 5 Menit
Jakarta, Sekolah Cikal. Pendidikan adalah proses yang panjang dan kompleks di dalam kehidupan. Di dalam proses pendidikan, murid-murid di sekolah akan selalu menjadi pusat dari pendidikan itu sendiri. Mereka akan menjalani fase penemuan minat, bakat, dan juga pemilihan jurusan atau kampus sebagai titik lanjutan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Sekolah dalam hal ini tentu memiliki andil untuk berkolaborasi bersama dengan orangtua untuk memberikan pendampingan dan dukungan secara penuh melalui lini Bimbingan Konseling bersama konselor/guru BK. Rendra Yoanda, M.Psi., Psikolog, Psikolog Klinis Anak dan juga Konselor Anak serta Remaja di Sekolah Cikal menyebutkan, peranan konselor sekolah di masa pendidikan generasi X dan Y lalu seringkali menimbulkan kekhawatiran bagi para remaja, pasalnya, setiap kali remaja menemui guru BK atau konselor di masa itu, hal tersebut berarti remaja telah melakukan kesalahan dan/atau memungkinkan menerima sanksi. Sebaliknya, di masa kini, salah satu refleksinya di Sekolah Cikal, para remaja gen-Z menjadi lebih antusias untuk berkunjung dan juga berbincang dengan konselor anak. Hal ini karena semakin tingginya kepedulian remaja akan kesehatan mentalnya. “Adanya pergeseran pola pikir bisa jadi merupakan indikasi adanya kepedulian generasi pelajar SMA terhadap kesehatan mentalnya. Mereka mencoba mengakses berbagai layanan yang tersedia untuk membantu atau memfasilitasi mereka dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup. Jika keputusan yang diambil tidak sejalan, misal dengan nilai hidup atau values mereka, ada potensi masalah atau isu kesehatan mental yang akan muncul dari keputusan tersebut.” ungkap Rendra. Baca juga : 5 Keunggulan Sekolah Cikal Surabaya, Sekolah Swasta Nasional Berbasis Kompetensi di Surabaya Barat Rendra yang juga merupakan koordinator Program Pengembangan Diri Sekolah Cikal menyebutkan bahwa terdapat 4 peranan konselor sekolah atau guru BK terhadap pendampingan minat, bakat, dan juga pendampingan pemilihan jurusan serta kampus yang mengacu pada Panduan Bimbingan Konseling Kurikulum Merdeka, antara lain mencakup: Rendra menyebutkan bahwa di layanan pertama Panduan Bimbingan Konseling Kurikulum Merdeka, Konselor dan/atau Guru BK diharapkan dapat memenuhi layanan dasar yang bersifat preventif dan terencana untuk mencegah adanya isu atau masalah yang berkembang di setiap individu atau kelompok. “Layanan dasar adalah layanan yang bersifat preventif dan terencana yang dipegang atau dijalankan oleh para konselor atau guru BK. Di Cikal sendiri, manifestasi dari layanan ini bisa melalui sesi-sesi kelas Personal and Social Education (PSE), observasi kelas terjadwal, dan sesi counseling visit dari konselor yang umumnya juga bekerja sama dengan homeroom atau wali kelas membahas isu-isu yang mungkin akan berkembang menjadi masalah individu ataupun kelompok di satu kelas atau angkatan tertentu.” jelas Rendra. Layanan perencanaan dan pemetaan individual adalah layanan yang merujuk pada peran konselor untuk mendampingi dan menjadi partner diskusi akan pemilihan karir anak dan remaja. Di peran ini, para konselor juga akan memfasilitasi para murid dengan kebutuhan khusus untuk merumuskan program pendidikan individual (PPI). “Jika berbicara mengenai bimbingan karir, di layanan inilah proses tersebut diterapkan. Bimbingan karir di Cikal sendiri dibangun secara bertahap sejak SD dan seringkali juga terintegrasi dengan sesi-sesi kelas PSE, khususnya dalam memfasilitasi murid-murid mengenali dirinya secara utuh. Selain perencanaan karir, konselor bisa memfasilitasi perumusan kurikulum atau program pendidikan individu khusus untuk anak dengan kebutuhan khusus melalui Pendidikan Inklusi Cikal.” jelasnya. Ia bahkan menambahkan bahwa pendampingan atau bimbingan karir tidak hanya mencakup ingin menjadi apa, melainkan mencakup nilai dan tujuan hidup yang dimatangkan secara bijaksana. “Di bimbingan karir anak itu, terdapat kemampuan mengenali diri, khususnya dalam aspek nilai (values) dan tujuan (goals) hidup, akan membantu murid-murid dalam membuat perencanaan hidup yang matang dan bijaksana, tidak mudah terbawa arus, serta setiap pilihan yang dirumuskan akan selalu disertai dengan alasan yang logis dan sejalan dengan nilau dan tujuanmereka.” tambahnya. Di peran ketiga ini, Rendra menyebutkan bahwa guru BK atau konselor di Sekolah akan mendampingi dan membantu murid untuk menangani masalah yang dihadapinya segera, misalnya penurunan performa akademik, konflik interpersonal, hingga masalah kesehatan mental murid. “Dalam layanan responsif, konselor di Cikal umumnya bekerja membantu murid dalam situasi-situasi yang memerlukan penanganan segera, misal ketika murid merasakan stres berlebih, adanya penurunan performa akademik, konflik interpersonal, hingga pikiran-pikiran yang beresiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan murid, seperti pikiran untuk menyakiti diri hingga keinginan bunuh diri. Jika membayangkan konselor atau psikolog, mungkin kebanyakan dari kita akan langsung membayangkan peran-peran yang ada dalam layanan ini.” ujarnya. Peranan konselor/guru BK yang keempat terletak pada kolaborasi atau kerjasama dengan para anggota komunitas sekolah dan juga mengembangkan diri serta pengetahuan diri agar pendampingan ke murid juga berjalan beriringan, sebagaimana yang selalu dilakukan oleh Tim Konselor di Sekolah Cikal. Pergeseran Pola Pikir Remaja Gen-Z akan Peran Konselor/Guru BK
4 Peranan Konselor Sekolah atau Guru BK Bagi Gen-Z Masa Kini
Konselor atau Guru BK Hadirkan Layanan Preventif Bagi Remaja
Konselor atau Guru BK Hadirkan Layanan Perencanaan dan Peminatan Individual
Konselor atau Guru BK Mendampingi Murid Hadapi Situasi “Segera” di Layanan Responsif
Konselor atau Guru BK Mengembangkan Pengetahuan Diri dan Berkolaborasi dengan Pihak Lain dan di Layanan Dukungan Sistem
Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut : https://bit.ly/cikalcs (tim Customer Service Cikal)
Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal
Narasumber : Rendra Yoanda, M.Psi., Psikolog, Psikolog Klinis Anak dan juga Konselor Anak serta Remaja di Sekolah Cikal
Editor : Layla Ali Umar
Penulis : Salsabila Fitriana