Kembali Berkarya! Muhammad Salman Farisyi, Murid SMP Cikal Lebak Bulus Terpilih Menjadi Salah Satu Pelukis Mobil Porsche Taycan, Dalam Rangka Memperingati Hari Autisme Sedunia 2022.

Kembali Berkarya! Muhammad Salman Farisyi, Murid SMP Cikal Lebak Bulus Terpilih Menjadi Salah Satu Pelukis Mobil Porsche Taycan, Dalam Rangka Memperingati Hari Autisme Sedunia 2022.

Jakarta, Pendidikan Inklusi Cikal. Masih ingat dengan Muhammad Salman Farisyi, murid SMP Cikal Lebak Bulus dan Pendidikan Inklusi Cikal yang menciptakan lukisan indah “Cherry Blossom Welcome The Morning Sun” yang meraih banyak pujian beberapa waktu lalu?


(Baca cerita Salman : Dari Terapi Temukan Bakat Tersembunyi, Inilah Cerita Muhammad Salman Farisyi Murid Cikal di Pameran The Sun Never Sets!)


Di bulan April 2022, Muhammad Salman Farisyi atau Salman kembali menorehkan karya indahnya. Ia menerima undangan khusus dari perusahaan mobil merk ternama dunia, Porsche, dalam rangka memperingati hari Autisme Sedunia. 


Diundang secara khusus oleh Porsche Indonesia, Muhammad Salman Farisyi menjadi satu dari lima pelukis terpilih yang dapat melukiskan karya khasnya “Cherry Blossom Welcome The Morning Sun” di salah satu sisi mobil tersebut pada (6/4) dan dipamerkan di hadapan publik di salah satu pusat perbelanjaan ternama di Jakarta Selatan. 



(Momen Salman dan kedua orang tua mengabadikan karya Salman di sisi kanan Mobil Porsche Taycan dalam rangka memperingati Hari Autisme Sedunia. Dok. Pribadi)



Undangan Khusus Bagi Salman Sebagai Pelukis Termuda 


Dalam kanal sosial media resminya yang dikelola oleh keluarga, tertulis cerita momen Salman memperoleh undangan spesial dari pihak Porsche Indonesia yang berkolaborasi dengan salah satu komunitas advokasi anak berkebutuhan khusus yang mendukung dan menyuarakan hak bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk berkarya. Salman terpilih menjadi pelukis dengan neurodivergent termuda dalam undangan tersebut.


“Rabu, 6 April 2022, hari yang keren banget buat Salman. Alhamdulillah Salman diundang Porsche Indonesia bersama 5 orang kakak lain (Salman paling muda nih 13 tahun, kakak yang lain sudah di atas 20 tahun) untuk melukis di atas mobil Porsche Taycan (Mobil Listrik Produksi Porsche) yang harganya 3,5 Milyar. Boleh dilukis sesuka hati.” tulis perwakilan keluarga Salman melalui kanal instagram @salmanfarisyi.


Sebagai Ibu, Dina Farisyi berbagi cerita bahwa di momen Salman menerima undangan spesial tersebut ia merasa cukup kaget bercampur rasa haru, bahagia, dan juga gugup. Namun, perasaan gugup itu pun berhasil digantikan dengan keyakinan bahwa Salman bisa melakukannya setelah Salman menyatakan ia ingin hadir dan ikut melukis. 


“Pertama cukup kaget juga saat Salman dipilih untuk melukis di atas Porsche, ada rasa takut juga sebagai ibu apakah Salman mampu atau tidak. Tetapi, saat ditanya ke Salman sendiri, Ia menyatakan mau untuk melukis di atas mobil tanpa ragu, saya sebagai ibu akhirnya memberikan kepercayaan kepada Salman. Dan akhirnya sebagai ibu saya merasa bangga dan terharu saat karyanya dihargai dan dipamerkan.” cerita Dina. 



Cerita Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Melukis Salman 



Melalui kanal Instagram Salman pula, diceritakan proses dan detail lukisan Salman. Hebatnya, Salman dapat melakukan proses melukis selama 6 jam dan sambil menjalankan Ibadah puasa ramadan. 


“Pada saat proses melukis, Salman sempat bingung karena kakak yang lain buat sketsa dulu sedangkan Salman diminta kak Toto langsung melukis aja seperti biasa tanpa sketsa, karena gaya lukisan Salman itu Impresionis Ekspresif. Lama juga nih ngelukisnya dari jam 9 sampai jam 4 sore (6 jam, istirahat 1 jam). (Salman pun juga sambil puasa nih).” tulis keluarga Salman di kanal Instagramnya. 


(Pola dan Proses Pembuatan Lukisan Salman. Dok. Pribadi Salman)


Setelah menyelesaikan lukisannya selama 6 jam, Salman dan keluarga yang juga turut menemani pun mengakhiri hari luar biasa itu dengan berbuka puasa bersama. 


Sebagai Ayah, Sofwan Farisyi mengatakan bahwa dalam momen undangan ini, Salman diajak untuk menemukan dan mengasah secara berkelanjutan bakat dan minat melukisnya untuk membuatnya bahagia. 


“Dalam melihat pengembangan diri Salman, kami bekerja sama dengan Kak Toto, untuk mencari kekuatan Salman sendiri. Kami minta itu untuk terus diperkuat. Salman saat ini masih berproses untuk menemukan gaya melukis yang paling sesuai dengan dirinya. Hal ini tidak lain supaya dalam berproses ini tidak ada tekanan pada diri Salman yang bisa meningkatkan kebahagian dan kreativitanya. Kami ingin melukis merupakan stress release dan membuatnya bahagia.” ucap Sofwan. 


Keberhasilan Salman melukis di mobil ternama pun berlanjut dengan dihadirkannya pameran hasil karya lukisan Salman dan pelukis dengan Neurodivergent lainnya di salah satu pusat perbelanjaan ternama di Indonesia selama satu minggu. Keren banget ya! 



Cerita Pembelajaran Salman di Sekolah Cikal dan Pesan Kedua Orang tua 



Seiring mengasah kompetensinya di bidang melukis, ternyata proses pendidikan Salman di Sekolah Cikal pun, menurut Ibundanya, tetap berjalan dengan baik dengan komunikasi, dan akomodasi belajar yang dihadirkan oleh Pendidikan Inklusi Cikal.


“Alhamdulillah, Salman selama pandemi ini sangat nyaman belajar secara daring dan cukup efektif menerima materi dari para gurunya. Tentu dengan berbagai penyesuaian yang dirancang oleh guru dan juga masukan dari kami selaku orang tua. Saat ini Salman mulai dicoba dengan  kembali ke metode tatap muka, semoga lancar tidak ada masalah.” tuturnya. 


Di akhir berbagi cerita mengenai kembalinya Salman, kedua orang tua Salman pun berbagi semangat dan pesan bagi orang tua di Indonesia yang masih belum memberikan kepercayaan bagi anak-anak dengan berkebutuhan khusus untuk berkarya. Bagi Sofwan dan Dina sudah saatnya dan sepenuhnya yakin bahwa setiap anak memiliki keunikan tersendiri. 


“Setiap anak pasti punya keunikan tersendiri. Tugas kita sebagai orang tua adalah mencari keunikan tersebut yang bisa digunakan untuk bekal anak kita menghadapi masa depannya.” ucap Dina. 


(Momen berkumpulnya para Pelukis dan keluarga. Dok. Pribadi Salman)


Sofwan pun menambahkan bahwa peran orang tua adalah mendampingi dan memperkuat bekal hidupnya agar anak-anak dengan berkebutuhan khusus dapat hidup mandiri dan membangun masa depannya. 


“Setiap anak pasti dianugerahkan sesuatu yang unik oleh Allah yang menciptakan dan menitipkan kepada kita selaku orang tua. Tugas kita adalah mencoba mencarinya dan memperkuatnya untuk bekal hidup anak kita di masa depan agar bisa mandiri. Selama kita tak kenal lelah untuk mencari dan menggalinya, pada akhirnya Insya Allah akan kita dapatkan.”


Belajar dari cerita kembalinya Salman berkarya dengan luar biasa sebagai pelukis muda dan pola pendampingan orang tuanya penting sekali untuk ditekankan pada upaya mempersiapkan anak untuk memiliki kompetensi dan keahlian yang disukai sebagai cara mengasah kemandirian diri untuk masa depannya tanpa menekan anak dalam kehidupannya. 


Luar biasa cerita dari Salman, dan keluarganya di momen memperingati hari autisme sedunia. Berkaryalah selalu dengan bahagia ya, Salman!(*)





Untuk ketahui lebih lanjut mengenai pendekatan dan cara pengembangan serta pendampingan anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Cikal hubungi bit.ly/bukutamucikal




Artikel ini ditulis dan diproduksi oleh Tim Konten dan Publikasi Cikal 

  • Editor : Layla Ali Umar dan Stephani Tara Hestiningtyas

  • Penulis : Salsabila Fitriana

Copyright, 2022. 

I'M INTERESTED