Jakarta, Rumah Main Cikal. Seberapa sering seharusnya orang tua mengasah anak usia dini untuk menjadi percaya diri? Dimulai dari mana sebaiknya orang tua membuat anak usia prasekolah mengenal dirinya sendiri?
Sebagai lembaga pendidikan tingkat prasekolah, Rumah Main Cikal melalui salah satu pendidiknya Christopora Intan Himawan Putri S.Pd, M.Psi T atau yang akrab disapa Tante Intan menyatakan bahwa terdapat 3 langkah utama yang dapat dilakukan orang tua untuk membangun dan mengasah kepercayaan diri anak. (Pengenalan diri bagi anak usia dini telah dimulai sejak usia 10 bulan sampai 4 tahun. Dok. Rumah Main Cikal) Pertama, Melakukan Komunikasi Menurut Intan, bagi jenjang usia yang paling kecil yakni Bayi-bayi (6 Bulan-12 Bulan) dan Adik-adik (12 Bulan-24 Bulan) orang tua diharapkan lebih banyak melakukan komunikasi sebagai langkah awal membangun kepercayaan diri anak dalam beberapa aktivitas yang lekat dengan area privasi anak. “Misalnya seperti saat orang tua sedang memandikan, maka orang tua dapat membangun dialog seperti contoh, “Permisi ya, Mama bantu bersihkan vagina/penisnya milik Adik ya, yang boleh bersihkan hanya Mama dan Papa saja.” Melalui dialog tersebut anak belajar untuk dihargai khususnya area privasi mereka. Anak juga belajar bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membantu membersihkannya.” jelas Intan. Kedua, Membangun Diskusi Langkah kedua yang dapat dilakukan oleh orang tua dengan anak usia dini khususnya pada anak-anak yang sudah lebih besar di rentang usia 2-4 tahun atau kelas Kakak-kakak dan Pre-Kindie di Rumah Main Cikal adalah lebih banyak berdiskusi. “Saat berdiskusi, penting sekali untuk melibatkan anak dalam membuat suatu keputusan. Misalnya, “Hari ini kakak ingin pakai sepatu yang mana? Warna merah atau hijau?”. Melalui pilihan sederhana dan terbatas tersebut, anak belajar untuk percaya diri dalam membuat keputusan.” tutur Intan seraya mempraktikan. Ketiga, Memberikan Kesempatan Langkah ketiga dan yang paling penting dilakukan oleh orang tua adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba. “Terkadang karena terburu-buru atau merasa tidak yakin, anak sulit mendapat kesempatan untuk mencoba. Sehingga anak tidak tahu sejauh mana dirinya mampu untuk memakai sepatu misalnya karena lebih sering dipakaikan.” ucap Intan. (Kolaborasi dan Komunikasi dengan orang tua mengenai pendampingan anak usia dini selalu berjalan dua arah di Rumah Main Cikal. Dok. Rumah Main Cikal) Dalam memberikan kesempatan ada beberapa hal pula yang perlu diperhatikan, seperti pertama, sejauh mana perkembangan/kemampuan anak. Hal ini penting agar anak juga tidak frustasi, sehingga ia bisa mendapatkan pengalaman sukses. Kedua, saat melakukan tidak dalam keadaan terburu-buru agar orang tua/pendamping bisa lebih bersabar menemani prosesnya, dan terakhir pastikan keselamatan anak saat melakukannya. Di akhir, Intan pun menekankan bahwa melalui pengenalan diri sendiri sesungguhnya anak usia dini belajar untuk berdaya. “Dengan mengenali diri sendiri, anak sejatinya dapat mengetahui bagaimana ia dapat melakukan suatu aktivitas dengan nyaman. Jika anak mengalami kesulitan ia tahu akan meminta bantuan kepada orang-orang yang dipercaya. Sehingga pada saat ada bahaya ataupun orang asing, mereka dapat segera menyampaikannya.” tutup Intan. (*)