Hindari KDRT dengan Manajemen dan Resolusi Konflik Bersama Pasangan Sejak Dini!

Hindari KDRT dengan Manajemen dan Resolusi Konflik Bersama Pasangan Sejak Dini!


Durasi Waktu Baca : 4 Menit


Jakarta, Sekolah CikalKonflik dalam hubungan pernikahan seringkali menjadi salah satu tantangan yang hadir untuk mendewasakan hubungan sebagai pasangan suami-istri dan juga sebagai orang tua bagi anak. Tak hanya itu, konflik juga seringkali dapat menjadi salah satu cara untuk menguji kemampuan dan kestabilan serta pengembangan emosi pasangan satu sama lain. 


Namun sayangnya, ketidakstabilan emosi dan juga kurangnya sikap saling memahami dan mengerti yang dibangun satu sama lain dapat memicu konflik perdebatan dan pertengkaran, bahkan menuju kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dapat menyakiti salah satu pasangan, baik istri atau suami.


Psikolog Klinis Anak dan juga Konselor Remaja di SMP-SMA Sekolah Cikal Serpong,  Riestyane, M.Psi., Psikolog atau yang akrab Tya menuturkan pentingnya bagi pasangan dalam memahami langkah-langkah resolusi konflik tepat dalam mengatasi konflik berkepanjangan dan juga mencegah adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).


Baca dulu : 

Tiga Urgensi Manajemen dan Resolusi Konflik dalam Hubungan Pernikahan 


Psikolog Tya menjelaskan bahwa sebagai mikrosistem terkecil dalam keluarga, pasangan atau orang tua harus mengetahui dan memahami dasar-dasar pentingnya memiliki pemahaman dan kemampuan dalam hal manajemen dan resolusi konflik dalam keluarga. Dalam hal ini, Psikolog Tya menyebutkan tiga  urgensi penting mengenai manajemen dan resolusi konflik bagi pasangan suami-istri dalam keluarga,  antara lain:


Pertama, Menciptakan Pembinaan Keluarga yang Lebih Baik dari Sisi Fisik dan Emosional. 


Dalam poin pertama, Tya menyebutkan bahwa sebagai mikrosistem terkecil dalam keluarga pasangan atau orang tua, manajemen dan resolusi konflik dalam hal ini akan memberikan manfaat dalam upaya membina keluarga, baik itu dari seorang Suami, Istrim Ayah, Ibu, Anak, Saudara dan lainnya secara lebih optimal baik itu dari sisi fisik dan emosional. 


“Conflict resolution dan management penting untuk dimiliki oleh pasangan dalam membina keluarga sebagai microsystem bagi semua anggota keluarganya. Microsystem disini dimaksudkan sebagai lingkungan terdekat secara fisik maupun emosional dari seorang suami, istri, ayah, ibu, anak, saudara, dan lainnya.” ucapnya. 


Konflik atau permasalahan yang dihadapi pasangan, menurut Psikolog Tya, juga tentunya berasal dari berbagai macam faktor, baik dari diri sendiri, diri pasangan, ataupun pihak eksternal dan lingkungan. Oleh karena itu, ia memberikan saran untuk menenangkan diri terlebih dahulu, agar tidak melakukan tindakan yang merujuk pada KDRT


“Ketika mulai muncul hal-hal yang dapat memicu timbulnya konflik, kedua belah pihak perlu menenangkan diri terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan. Bertindak dalam kondisi emosi yang belum stabil sangat tidak disarankan, karena akan sangat rentan pada hal-hal yang tidak diharapkan, seperti berteriak, melempar barang, hingga kekerasan.” tambahnya. 


Baca juga : Langkah-Langkah Tepat Penanganan dan Penyelamatan Korban KDRT yang Dapat Dilakukan Oleh Masyarakat

Kedua, Mengendalikan Permasalahan atau Konflik Berlebihan yang Dapat Merujuk pada Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)


Di poin kedua, Tya menyebutkan bahwa dengan pasangan memiliki kemampuan dan pemahaman yang baik dalam manajemen dan resolusi konflik, hal tersebut akan mendorong pasangan mengendalikan permasalahan atau konflik keluarga yang berlebihan yang merujuk pada Kekerasan dalam rumah tangga. 


“Apakah manajemen dan resolusi konflik dapat menghindari kemungkinan terjadinya KDRT? Ya, hal itu sangat memungkinkan. KDRT merupakan salah satu bentuk konflik yang menyerang anggota keluarga secara fisik maupun verbal, dan dapat dialami oleh pasangan (istri atau suami) bahkan juga anak. Seringkali pelaku KDRT bertindak karena pengelolaan emosi yang sangat besar namun sudah tidak terkontrol lagi, dan dilampiaskan melalui tindakan kekerasan. Tindakan KDRT ini dapat berlanjut pada kondisi-kondisi lainnya yang tidak kita harapkan, seperti pengalaman traumatis, perceraian, dan sebagainya. Agar kondisi keluarga tidak mencapai hal-hal demikianlah mengapa sebuah keluarga perlu memiliki kemampuan manajemen dan resolusi konflik.” jelasnya.


Ketiga, Menjaga Keharmonisan Keluarga sehingga Mencegah Konflik Terjadi. 


Di poin terakhir, Tya menyebutkan bahwa manajemen dan resolusi konflik dalam keluarga dapat memberikan manfaat yang baik untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga itu sendiri. 


“Selain membina keluarga sebagai mikrosistem terkecil, manajemen dan resolusi konflik juga mengendalikan permasalahan atau konflik yang akan dialami di dalam keluarga, conflict management pun dapat mencegah terjadinya konflik, seperti menjaga keharmonisan keluarga (dalam upaya tindakan preventif dari konflik).” ujarnya. 


Selain itu, dengan memahami manajemen dan resolusi konflik, Tya juga mengingatkan sebagai penutup bahwa dengan menyelesaikan konflik dengan tenang dengan pendekatan manajemen dan resolusi konflik, pasangan pada dasarnya telah melakukan langkah awal pencegahan keterlibatan anak dalam konflik. 


“Anak di dalam sebuah keluarga tentunya merupakan sebuah tanggung jawab besar dan bersama bagi kedua orang tua. Maka ketika orang tua sedang mengalami konflik, baik kecil maupun besar, disarankan untuk diselesaikan dengan tenang, untuk meminimalisir dampak-dampak negatif yang dapat dialami anak nantinya. Anak, baik di usia kanak-kanak maupun remaja, yang sering menyaksikan perselisihan orang tua sangat rentan dalam perkembangan emosionalnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan anak tidak terlibat dalam konflik yang sedang dialami ayah dan ibunya, sekalipun hanya sebagai saksi.” tutupnya. (*) 


Baca Juga: 




Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal bagi anak berkebutuhan khusus melalui Whatsapp berikut : https://bit.ly/cikalcs (tim Customer Service Cikal)




Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal 


  • Narasumber :  Riestyane, M.Psi., Psikolog

Riestyane, M.Psi., Psikolog atau akrab disapa Ms.Tya, adalah psikolog klinis yang berprofesi sebagai konselor di SMP dan SMA Cikal Serpong. Pengalaman menangani permasalahan psikologis dewasa maupun remaja menjadi bagian dari fokus kegiatan Ms.Tya saat ini.

  • Editor : Layla Ali Umar 

  • Penulis : Salsabila Fitriana


I'M INTERESTED