Durasi Waktu Baca : 4 Menit, 43 Detik Jakarta, Pendidikan Inklusi Cikal.Memperoleh pendidikan yang inklusif dan mengembangkan secara optimal setiap kompetensi, minat dan bakat anak berkebutuhan khusus merupakan harapan terbesar dari orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Di Indonesia sendiri, opsi menyekolahkan anak-anak berkebutuhan khusus terbuka dengan kehadiran sekolah inklusi dan sekolah luar biasa yang dapat menjadi sarana pendidikan anak berkebutuhan khusus. Sebenarnya apa keunggulan dari kedua bentuk sekolah tersebut? Simak penjelasannya di bawah ini. Kepala Pendidikan Inklusi Cikal yang merupakan lini pendidikan inklusif di Sekolah Cikal, Husnul Chotimah memaparkan bahwa terdapat dua perbedaan mendasar dari Sekolah Inklusi dan Sekolah Luar Biasa, yakni program dan pendekatan belajar, serta lingkungan belajar. Sekolah inklusi merupakan sekolah yang mengakomodasi dan memodifikasi pendidikan yang disesuaikan dengan berbagai kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Di sekolah inklusi, terdapat pendekatan dan pilihan program yang akan menyesuaikan kebutuhan murid yang menyisipkan informasi hasil asesmen dari terapis, atau psikolog anak. “Mengedepankan prinsip personalisasi dan kompetensi sehingga kurikulum dan moda belajar di Sekolah Inklusi, seperti di Sekolah Cikal, telah disesuaikan dengan melakukan akomodasi dan modifikasi untuk memenuhi kebutuhan masing-masing anak berkebutuhan khusus dalam memaksimalkan potensinya. Seluruh aspek di sekolah telah dipersiapkan sehingga menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak berkebutuhan khusus berinteraksi dengan anak-anak pada umumnya. Selain itu, memberikan pendampingan pengembangan diri (non-akademis) seperti membangun kemandirian, pengenalan diri sendiri, serta meregulasi emosi.” jelas pendidik yang disapa Nuli. Sedangkan Sekolah Luar Biasa atau SLB dalam praktiknya memberikan pendidikan bagi peserta didik berdasarkan kondisi tertentu. Namun, di Sekolah Luar Biasa lingkungan yang dihadirkan hanya untuk anak berkebutuhan khusus saja sehingga anak akan berinteraksi di lingkungan yang terbatas. “Di Sekolah Luar Biasa secara mendasar memberikan pendidikan bagi peserta didik berdasarkan kondisi tertentu. Namun, dengan adanya lingkungan cenderung seragam, anak berkebutuhan khusus dalam hal ini akan kurang dalam interaksi dan bermasyarakat bahkan teman sebayanya.” jelas Nuli. Terkait perbedaan sekolah inklusi dan sekolah reguler, Nuli menjelaskan bahwa titik pusat pembedanya berada pada cakupan lingkungan interaksi anak di sekolah dan penerapan pendekatan pembelajaran. “Sekolah inklusi seperti Cikal dalam hal ini mengakomodasi pendidikan berbagai kebutuhan murid dengan kebutuhan khusus dan memiliki lingkungan sosial yang beragam serta telah dipersiapkan untuk berinteraksi dengan masyarakat luas. Sedangkan sekolah reguler biasanya hanya menyediakan program yang umum untuk peserta didik dan tidak menyediakan program khusus untuk mengakomodasi kebutuhan murid berkebutuhan khusus yang memiliki kebutuhan beragam, juga tidak ada modifikasi kurikulum.” jelas Nuli. Husnul Chotimah menyebutkan tiga hal mendasar yang direkomendasikan sebelum memilih sekolah inklusi sebagai sarana pendidikan anak berkebutuhan khusus. Orang tua alangkah baiknya dapat memahami secara utuh terlebih dahulu kekuatan anak, dari minat dan bakatnya, apa yang anak sukai di tahap perkembangannya untuk menjadi dasar komunikasi yang disampaikan dengan pendidik di sekolah inklusi untuk mengenali kemampuan anak. “Mengetahui kemampuan diri anak sesuai tahapan perkembangannya merupakan langkah awal yang dapat dilakukan orang tua dengan anak berkebutuhan khusus yang ingin menyekolahkannya di sekolah inklusi. Pada tahap ini sekolah nantinya akan menjadi partner yang membantu dan mendampingi proses perkembangan anak sebagai wadah interaksi sosial dan pengenalan dirinya.” ucap Nuli Di tahap ini, orang tua dapat membangun komunikasi dulu dengan ahli yang mendampingi proses pengembangan diri anak sejak dideteksi memiliki kebutuhan khusus dari ahli kesehatan, baik dokter anak, terapis atau psikolog. “Konsultasi dengan ahli kesehatan seperti dokter anak atau psikolog untuk dapat dilakukan pengecekan perkembangan sehingga dapat segera diketahui apabila diperlukan intervensi berupa terapi atau rekomendasi sekolah yang dapat menjadi opsi menyekolahkan anak dengan lingkungan yang akan mendukung pengembangan dirinya.” tambahnya. Di tahap ketiga, orang tua melakukan pencarian sekolah, mengenali lingkungan sekolah, visi misi sekolah, program dan pendekatan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah yang ingin dituju. “Setelah menetapkan pilihan sekolah, orang tua alangkah baiknya berkolaborasi bersama para pendidik di sekolah inklusi yang dipilih untuk mendampingi proses adaptasi besar anak di sekolah, misalnya melakukan berbagai bentuk kegiatan sesuai dengan tahapan umurnya agar dapat mengetahui minat dan potensi anak.” ucapnya. Di akhir, Nuli menegaskan bahwa penting sekali memahami kebutuhan anak berkebutuhan khusus untuk pemilihan sekolah baik itu sekolah inklusi, reguler, dan sekolah luar biasa. “Setiap anak itu unik termasuk anak berkebutuhan khusus sehingga dalam proses pembelajaran serta pendidikan membutuhkan program yang sesuai agar pengembangan potensinya dapat maksimal. Observasi dan analisis perkembangan penting anak dilakukan agar dapat menentukan dukungan dan strategi yang sesuai dengan profil anak sehingga dapat menyesuaikan pilihan sekolah tentunya, baik itu sekolah inklusi, reguler dan sekolah luar biasa.” tutupnya.(*) Baca juga : 3 Cara Sekolah Inklusi Mempersiapkan Anak Berkebutuhan Khusus Untuk Pendidikan Lanjutan dan Pilihan Karir Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal bagi anak berkebutuhan khusus melalui Whatsapp berikut : https://bit.ly/cikalcs (tim Customer Service Cikal) Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal PERBEDAAN SEKOLAH INKLUSI DAN SEKOLAH LUAR BIASA
PERBEDAAN SEKOLAH INKLUSI DAN SEKOLAH REGULER
PERSIAPAN MEMILIH SEKOLAH INKLUSI
Pertama, memahami dulu kemampuan diri anak sesuai tahapan perkembangannya.
Kedua, konsultasikan dengan ahli, baik terapis, psikolog atau dokter anak
Ketiga, memahami sekolah pilihan dengan mengenali lingkungan dan programnya secara utuh.