Cerita Zara, Murid SD Cikal Lebak Bulus, Penggerak Aksi Literasi dan Edukasi Anak "Count on Me Project"

Cerita Zara, Murid SD Cikal Lebak Bulus, Penggerak Aksi Literasi dan Edukasi Anak "Count on Me Project"

Durasi Waktu Baca : 5 Menit



Jakarta, Sekolah Cikal Lebak Bulus. Menumbuhkan empati pada anak sejak dini dapat dilakukan oleh orangtua dengan menjadi role model penggerak aksi baik di dalam aktivitas keseharian bersama anak. 


Dari aksi kecil yang seringkali diamati dan dibangun bersama dengan anak, empati anak pun perlahan akan bertumbuh dan hal tersebut akan mendorong anak untuk menjadi sosok penggerak yang sama di masyarakat sebagaimana yang dilakukan oleh Zara Maharani Khalisha Ariana atau yang akrab disapa Zara.


Zara merupakan murid kelas 6 Sekolah Cikal Lebak Bulus yang sejak kecil memiliki impian menjadi warga dunia yang berdaya. Ia pun menggerakkan aksi sosial “Count on Me Project”  yang ditujukan untuk mengembangkan minat literasi dan juga kompetensi Bahasa Inggris anak di beberapa Panti Asuhan di Jakarta. Aksi Zara ini ternyata terinspirasi dari praktik baik yang telah dilakukan sejak kecil bersama kedua orangtuanya.



(Zara Maharani Khalisha Ariana, murid kelas 6 Sekolah Cikal Lebak Bulus, penggerak aksi “Count on Me Project” proyek pengembangan minat literasi dan juga kompetensi Bahasa Inggris anak di beberapa Panti Asuhan di Jakarta. Dok. Zara)


Seperti apa Cerita dari Zara dan proyek-proyek inspiratifnya? Selengkapnya, simak yuk!

Count on Me Project, Cara Zara Mengasah Empati dan Rasa Syukur dalam Diri


Dalam kesempatan berbincang dengan Zara, ia bercerita tentang Count on Me Project yang merupakan proyek sosial yang digerakkannya sejak tahun 2019. Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi anak-anak di Panti Asuhan dalam berbahasa Inggris dan juga mengembangkan minat baca anak. 


Bagi Zara, langkah menghadirkan proyek ini merupakan caranya untuk menjadi manusia yang bermanfaat serta mengasah empati dan rasa syukur dalam dirinya. 


“(menggerakkan Count On Me project) dilatarbelakangi oleh refleksi betapa beruntungnya aku bertumbuh di lingkungan keluargaku dan aku memahami bahwa masih banyak anak di luar sana yang tidak memiliki kesempatan yang sama sepertiku. Aku ingin membantu mereka agar bisa belajar bahasa Inggris. Proyek ini membuat aku merasa sangat bersyukur.” ceritanya. 


(Zara menggerakan program literasi dan edukasi bagi anak-anak panti asuhan. Dok. Zara)


Tak hanya mengajarkan bahasa Inggris di Panti Asuhan yang salah satunya bernama Nurul Iman, Zara juga berupaya menggerakan program literasi dengan dengan mendonasikan buku-buku cerita anak dan mengajak mereka membaca buku bersama-sama.


Cut Sri Rozanna, Ibunda Zara, mengungkapkan bahwa apa yang Zara mulai lakukan dengan proyeknya di 2019 juga merupakan sebuah bentuk refleksi diri Zara yang mulai memahami bahwa di dalam hidup ini Zara tidak hanya sendiri dan semua hal di dunia ini saling berhubungan satu sama lain. Di kala pandemi mulai melanda, Count on Me project pun tetap berlanjut dengan menggerakkan pendistribusian dan penyebaran informasi cara penggunaan masker yang tepat oleh Zara. 




“Masa pandemi itu betul-betul mengajarkan kita semua bahwa kita  tidak bisa egois, Zara pun belajar bahwa kita hidup itu bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Makanya Zara pun menindaklanjuti apa yang memang dari awal sudah dilakukan di proyeknya, dan itu mengasah kepekaan Zara serta mendorong Zara menjadi anak yang lebih sensitif bahkan terhadap anak-anak seusianya.” ungkapnya. 


Baca juga : Kisah Audrey, Murid SMP Cikal Lebak Bulus, Raih Penghargaan di YALE University Summer Camp 2023




Menulis, Cara Zara Abadikan Pemikiran dan Sebarkan Inspirasi


Tak hanya menjadi penggerak aksi sosial di usia muda, Zara juga merupakan seorang anak yang gemar sekali membaca sejak kecil dan mengabadikan ide serta pemikirannya dalam tulisan. Ia senang menulis cerita anak sejak kecil karena ia meyakini bahwa “The paper doesnt judge” dan dari perspektif tersebut itulah dorongan untuk mengemukakan pemikiran dan ide-ide hebatnya dalam tulisan berkembang.


“Alasan mengapa aku menyukai literatur dan menulis adalah karena aku percaya bahwa pengetahuan yang bermula dari apa yang aku rasakan dan apa yang aku lihat dari dunia itu aku bisa tulis. Bagiku, kertas akan selalu memperkenakan aku untuk menceritakan apa yang aku rasakan, pikirkan, impikan untukku dan untuk dunia. Ibuku juga selalu bilang bahwa  paper doesn’t judge dan dari sanalah aku dapat mengemukakan ideku (tanpa ragu) dalam bentuk tulisan.” ceritanya. 


(Selain memiliki minat di bidang sosial, Zara juga memiliki minat yang tinggi dalam menulis. Dok. Cikal)

Zara menambahkan juga bahwa menulis baginya adalah sebuah instrumen yang dapat mendorongnya menjadi bagian dari penggerak perubahan di dunia melalui motivasi, harapan, dan juga inspirasi.

“Selain karena paper doesn’t judge at all, bagiku menulis itu adalah instrumen untuk membuat perubahan pada dunia, memantik harapan motivasi dan juga inspirasi bagi anak-anak (sepertiku) dan juga orang dewasa.” tambahnya. 


(Kemampuan menulis Zara tumbuh dari kebiasaannya membaca buku sejak kecil. Dok. Zara)

Cut Sri Rozanna dalam kesempatan berbincang juga berbagi kilas balik pengembangan diri Zara, ia mengatakan bahwa sejak kecil Zara memang lebih nyaman mengabadikan pemikirannya dalam bentuk tulisan karena sejak usia 5 tahun ia sudah menyukai kegiatan membaca dan mulai menulis. 


“Saya melihat bahwa Zara lebih seperti ayahnya dan agar saya tahu apa yang Zara pikirkan dan rasakan, saya mendorong Zara untuk menulis sejak Zara masih usia 5 tahun. Zara pun juga sudah mulai bisa membaca usia 3 tahun, Good Night Moon adalah buku bacaan pertamanya.”ucapnya.

Ia juga menambahkan bahwa tugasnya sebagai Ibu adalah memastikan Zara dapat memahami apa yang ia rasakan dengan baik.

Tugas saya adalah memastikan Zara dapat memahami apa yang ia rasakan karena emotional growth will influence emotional intelligence. Dan bagi saya kemampuan menulis Zara luar biasa, jadi saya bilang don’t worry! Write everything.” tuturnya.


Baca juga : Cerita Darma, Murid SD Cikal Lebak Bulus, Raih Medali di Bidang Olahraga Sejak Dini




Menulis 10 Manuskrip Cerita Anak, Zara ingin Publikasikan Karyanya 


Memiliki antusiasme tinggi dalam menulis, Zara yang kini masih menikmati fase pembelajarannya di kelas 6 SD ternyata telah memiliki 10 manuskrip buku cerita anak. Beberapa manuskripnya juga bahkan telah ia ikutsertakan dalamberbagaikompetisi menulis nasional dan internasional, misalnya Adventure Writing Competition by the Wilbur and Niso Smith Foundation, United Kingdom, Tadpole Press, dan kompetisi menulis KKPK. 



(Zara telah memiliki 10 manuskrip karya karena tingginya antusiame dirinya dalam menulis. Dok. Zara)



Bagi Zara, ia tertarik menulis dalam berbagai bentuk genre, baik itu cerita pendek fiksi, novel fiksi, puisi dan juga karya non-fiksi. Pada tahun 2023 ini, Zara pun dengan antusias mengikutsertakan naskah fiksinya yang bertemakan adventure di kompetisi menulis di Inggris. Pengalaman ini menjadi salah satu pengalaman seru dan mendorong Zara untuk semakin bersemangat menulis.


“Aku sudah menulis banyak tulisan, ada cerita pendek, cerita fiksi, novel fiksi yang ingin aku publikasikan dan juga puisi. Ada juga cerita non-fiksi tentang diriku. Untuk lomba aku biasanya mencoba menyarinya mandiri dengan kata kunci kompetisi menulis atau Writing Competition, misalnya Adventure Writing Competition by the Wilbur and Niso Smith Foundation, United Kingdom. Aku membaca kriterianya dulu dan mencoba menulisnya.” ucap Zara.




Dengan semangat Zara yang terus bertumbuh dalam menggerakkan aksi baik dan menulis, Ibunda Zara mengungkapkan bahwa sebagai orangtua ia dan Ayah Zara akan mendukung penuh minatnya dan hanya ingin Zara dapat tumbuh menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama dan selalu menjadi contoh yang baik bagi diri sendiri dan sesama.


“Bagi kami, hal yang paling penting adalah hidup itu harus bermanfaat, besar kecil engga masalah, karena kalau engga bermanfaat. Kalau saya pribadi berharap karena ini Zara sudah kelas 6, ia dapat menjadi role model bagi dirinya sendiri dan sekitarnya.Saya harap ia dapat selalu menebarkan a positive insight dalam kehidupan.”ucapnya.

Di akhir sesi berbincang, Zara mengungkapkan bahwa saat ini ia ingin tetap menulis dan mencoba mempublikasikan tulisannya menjadi sebuah buku yang dapat bermanfaat bagi anak-anak Indonesia serta ia ingin melanjutkan proyek Count on Me Project secara berkala dan mempersiapkan proyek Primary Years Programnya dalam waktu dekat.



“Kalau terkait harapan, aku masih ingin melakukan banyak hal, tapi yang paling penting dan yang ingin aku prioritaskan adalah mempublikasikan bukuku dan melanjutkan Count on Me Project bersama anak-anak di panti asuhan. Aku ingin menjadi warga dunia yang berdaya yang ingin menggerakan perubahan dan kebermanfaatan.” tutupnya. (*)

Baca juga : Sejarah Cikal, Sekolah Berbasis Kompetensi Pertama di Indonesia, Jadi Contoh Praktik Baik Lahirnya Sekolah dengan Pendekatan Personalisasi!




Informasi Cikal Support Center 

Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut :+62 811-1051-1178




Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal 

  • Narasumber :  

    • Zara Maharani Khalisha Ariana, Murid SD Cikal Lebak Bulus, Penulis 10 Manuskrip Buku Cerita Anak dan Penggerak Count on Me Project

    • Cut Sri Rozanna, Ibunda Zara

  • Editor : Layla Ali Umar 

  • Penulis : Salsabila Fitriana


I'M INTERESTED