Efika Fiona Gultom M. Psi., Psikolog, Psikolog Pendidikan dan Konselor SMP dan SMA Cikal Amri Setu, menyatakan bahwa gap year itu bukanlah aib dan bukan berarti tertinggal, melainkan sebuah pilihan yang didasarkan pada kebutuhan dan kesiapan diri anak untuk masuk ke tahap perkembangan selanjutnya dalam hidupnya sebagai manusia.  

Apa sebetulnya aspek mendasar dari sisi psikologis yang perlu kita pahami tentang Gap Year? Selengkapnya simak pandangan Psikolog Cikal berikut! 

Gap Year Bukanlah Aib atau Tertinggal

Psikolog Fiona, sapaannya, menuturkan bahwa Gap Year yang merupakan sebuah kondisi jeda atau Break setelah pendidikan di SMA bukanlah sebuah aib atau ketertinggalan. 

“Gap year merupakan kondisi break yang dilakukan setelah menyelesaikan masa pendidikan di SMA. Menurut saya, gap year itu bukanlah aib dan bukan berarti tertinggal. Kaitannya kembali lagi ke kebutuhan anak dan kesiapan anak untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Apabila anak terlihat belum siap atau sudah terlalu lelah dengan rutinitas akademik, tidak ada salahnya untuk mengambil masa gap year tersebut.” jelasnya. 

Baca Juga : Memahami Gap Year dan 4 Alasan Lulusan SMA Memilihnya

Gap Year Bisa Jadi Sarana Mengenali Diri  

Fiona juga menambahkan bahwa bagi seorang pelajar lulusan SMA memilih Gap Year dapat menjadi sarana untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan fase ketahanan diri anak dan membuat anak lebih siap menghadapi kehidupan, baik itu melanjutkan pendidikan atau bekerja. 

“Gap Year dapat dilihat sebagai kesempatan anak untuk memiliki waktu lebih banyak mengenali diri dan memperkaya dirinya dengan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan real-life experiences. Anak dapat memilih untuk mengembangkan diri, mempelajari hal-hal dari pengalaman sehari-hari. Semua itu dapat menjadi bekal yang positif juga ke anak dan dapat membuat anak menjadi lebih siap secara mental dan emosional untuk berhadapan kembali dengan settings akademik ataupun pekerjaan selanjutnya.” ujarnya. 

Fiona juga menekankan bagi orang tua untuk tidak membanding-bandingkan setiap fase perkembangan anak dan ketahanan dirinya. Dengan memahami Gap Year dari sisi yang lebih positif, orang tua pun akan dapat memberikan dukungan dan pendampingan yang tepat pada anak. 

“Tidak ada pilihan yang salah atau benar, tetapi lebih kepada cocok atau tidak dengan kebutuhan diri anak. Termasuk dengan gap year, hal ini bukanlah aib, tetapi dapat menjadi momentum untuk membekali anak menjadi siap dalam berbagai aspek untuk menghadapi tantangan-tantangan di jenjang selanjutnya. Penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki fase kecepatan dan ketahanannya masing-masing. Jadi, orang tua tidak perlu membandingkan atau merasa tertinggal dari yang lain.” imbuhnya. (*)

Baca Juga : 4 Alasan Mengapa Pendidikan Seksualitas Penting Diberikan di Sekolah

Informasi Cikal Support Center

Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut : https://bit.ly/cikalcs 

Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal 

• Narasumber : Efika Fiona Gultom M. Psi., Psikolog, Psikolog Pendidikan dan Konselor SMP dan SMA Cikal Amri Setu. 

• Editor : Layla Ali Umar 

• Penulis : Salsabila Fitriana