Pentingnya Menjaga Privasi Anak dan Dampak Penyalahgunaan Hak Privasi Anak dalam Sharenting

Pentingnya Menjaga Privasi Anak dan Dampak Penyalahgunaan Hak Privasi Anak dalam Sharenting

Durasi Waktu Baca : 4 Menit



Jakarta, Rumah Main Cikal.  Fenomena Sharenting yang kini tengah menjadi sorotan masyarakat dan menjadi aktivitas yang tanpa disadari secara rutin dilakukan oleh orang tua menjadi sebuah pengingat bersama agar tetap menjadi privasi anak dan tentunya melihat lebih jauh dampak dari penyalahgunaan dari hak privasi anak setiap kali membagikan segala aktivitas dan kegiatan anak di sosial media. 


Pendidik Rumah Main Cikal, Ina Winangsih atau yang akrab disapa Ina menyebutkan bahwa sudah banyak riset ahli yang menghubungkan fenomena Sharenting dengan beberapa isu, salah satunya hak privasi anak. Ia menambahkan bahwa Sharenting dapat menyalahi penggunaan hak privasi anak apabila orang tua membagikan hal-hal yang privat bagi anak. 


Baca dulu : Sharenting, Aktivitas Orang Tua Membagikan Cerita dan Potret Anak di Sosial Media


Seperti apa sebenarnya pentingnya menjaga privasi anak dan dampak penyalahgunaannya apabila orang tua tidak memperhatikan hak privasi anak dalam membagikan aktivitas atau kegiatan anak di sosial media? Simak penjelasannya berikut ini.




Pentingnya Menjaga Privasi Anak dalam Sharenting 


Dengan semakin meluasnya penggunaan sosial media sebagai sarana mengabadikan cerita tentang pengasuhan anak dan juga potret kegiatan anak, orang tua perlu tetap waspada dan menjaga privasi dari anak mengingat hal tersebut adalah bagian dari hal anak yang harus dilindungi dan dijaga. 


Menurut Ina Winangsih sudah banyak riset ahli yang menghubungkan fenomena Sharenting dengan beberapa isu, salah satunya hak privasi anak. Ia menambahkan bahwa Sharenting dapat menyalahi penggunaan hak privasi anak apabila orang tua membagikan hal-hal yang privat bagi anak. 


“Sharenting dapat menyalahi hak privasi anak apabila orangtua membagikan hal-hal privat seperti bagian tubuh tertentu, bagian muka yang terkespos dengan jelas, atau bahkan data informasi anak. Hal ini tidak bisa dianggap berbagi cerita tentang anak saja, karena selain menyalahi hak privasi anak, kita juga telah menempatkan anak pada risiko, misalnya memancing stalker untuk berbuat hal yang berbahaya pada anak atau bahkan orang tuanya.” jelas Ina. 

Hal-Hal Privasi Anak yang Tidak Perlu dipublikasikan oleh Orang tua di Sosial Media


  • Bagian privat anak (alat kelamin, foto tanpa pakaian)

  • Identitas anak (nama lengkap, nama panggilan, tanggal lahir,  lokasi sekolah dan juga informasi kelas anak, dan sebagainya)

  • Keberadaan anak (tidak membagikan lokasi anak secara real time)

  • Aktivitas yang privat (mandi, buang air besar/kecil)

Baca juga : Orang tua, Coba 4 Aktivitas Ini Agar Perkembangan Emosi Anak Usia Dini Optimal!




Dampak Penyalahgunaan Hak Privasi Anak dalam Sharenting 


Sebagai pendidik anak usia dini di Rumah Main Cikal, Ina menuturkan bahwa terdapat banyak sekali dampak penyalahgunaan hak privasi anak di sosial media yang dapat berdampak pada anak, dalam hal ini, ia menyebutkan dua dampak di antaranya, sebagai berikut, 


  1. Timbulnya Masalah Emosional pada Anak 

Terkait masalah emosional, Ina menyebutkan bahwa apabila orang tua tidak mengelola dan mengontrol dengan baik pola pengunggahan cerita atau aktivitas anak di sosial media, seiring waktu anak bertumbuh dewasa, ia akan merasa tidak dihargai hak privasinya oleh orang tuanya. 


“Orangtua pasti ingin memiliki dokumentasi tumbuh kembang anaknya. Boleh saja apabila ingin membagikannya di sosial media. Namun orangtua perlu menyeleksi atau membatasi siapa saja yang sekiranya boleh melihat dokumentasi-dokumentasi tersebut. Akan lebih baik apabila orangtua menyimpannya sendiri dan menyusunnya dalam folder-folder pribadi yang dapat diakses orangtua atau anak ketika dewasa nanti.” saran Ina. 


  1. Penyalahgunaan Data atau Foto Anak oleh Orang yang Tidak Bertanggung Jawab


Mempublikasikan identitas anak berlebihan dan/atau foto anak yang merujuk pada hal-hal yang personal anak, serta menyisipkan informasi tanpa batasan memungkinkan adanya penyalahgunaan data oleh orang lain.


“Sebagai orang tua, kita tidak tahu apa yang akan orang lakukan pada konten yang kita bagikan. Maka sebaiknya kita yang memegang kontrol penuh terhadap apa yang akan kita bagikan di sosial media. Terutama anak memiliki kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa karena dalam konteks sosial media, anak masih belum bisa menggunakannya dan tidak memiliki kendali atas apa yang akan orang lakukan terhadap dokumentasi/identitas yang kita bagikan” ungkap Ina. 


Dari penjelasan Ina Winangsih, Pendidik Rumah Main Cikal, fenomena Sharenting yang kini telah menjadi normal di kalangan masyarakat tentu merupakan hal yang baik selama orang tua dapat memegang kontrol dan kendali atas setiap cerita, potret anak, kegiatan dan lain sebagainya tentang anak. Orang tua harus tetap menjaga hak privasi anak agar anak tetap dapat terjaga hak-haknya untuk dilindungi dan jauh dampak buruk yang terjadi atas fenomena Sharenting di sosial media.(*)


Baca juga :  Orang Tua, Inilah Pentingnya Memahami Perkembangan Emosi Anak Usia Dini, Faktor yang Mempengaruhinya, dan Fase Tumbuh Kembangnya





Referensi Tambahan Penulisan Artikel


  • Legg, Timothy J., et al. “Self-Actualization: What It Is and How to Achieve It.” Healthline,https://www.healthline.com/health/self-actualization#pyramid-of-needs. Accessed 20 February 2023.


  • Mcleod, Saul. “Maslow's Hierarchy of Needs.” Simply Psychology, 4 April 2022, https://www.simplypsychology.org/maslow.html. Accessed 20 February 2023.




Informasi Customer Service Cikal 


Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut : https://bit.ly/cikalcs (tim Customer Service Cikal)




Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal 

  • Narasumber : Ina Winangsih, Pendidik Rumah Main Cikal

Ina Winangsih, atau yang akrab disapa Tante Ina  merupakan pendidik di Rumah Main Cikal. Ia merupakan lulusan dari jurusan PGPAUD di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di jenjang S1 dan baru menyelesaikan pendidikan S2 double degreenya di jurusan PAUD UPI dan National Dong Hwa University (NDHU), Taiwan. 


Sejak tahun 2014, Tante Ina memiliki minat pada bidang pendidikan bencana untuk anak secara akademis maupun praktis. Tante Ina ingin sekali bisa berperan (sekecil apa pun) untuk dapat meningkatkan kapasitas anak maupun lingkungan sekitar untuk mitigasi ancaman bencana.

  • Editor : Layla Ali Umar 

  • Penulis : Salsabila Fitriana

I'M INTERESTED