Tips Atasi “Parental Burnout” Bagi Orang Tua di Masa Pandemi Dari Rumah Main Cikal

Tips Atasi “Parental Burnout” Bagi Orang Tua di Masa Pandemi Dari Rumah Main Cikal

Jakarta, Rumah Main Cikal. Istilah parental burnout menjadi lebih lekat di masyarakat di masa pandemi. Orang tua yang bekerja dari rumah kini harus lebih siap membagi waktu  dengan anak sambil bekerja tanpa sadar membuat emosi orang tua menjadi lebih rapuh dan mudah marah. 


Pendidik Rumah Main Cikal, Christopora Intan Himawan Putri S.Pd, M.Psi T, atau yang akrab disapa Tante Intan menjelaskan bahwa tekanan menjadi pemantik utama orang tua menghadapi parental burnout. 


Dilema Pekerjaan dan Waktu Bersama Anak 



Intan menuturkan bahwa parental burnout dapat membuat emosi orang tua menjadi lebih rapuh dikarenakan adanya dua hal yang harus dikerjaan bersamaan setiap harinya. 


Parental Burnout dapat terjadi ketika orang tua yang memiliki ekspektasi untuk menyelesaikan semua tugas atau pekerjaan agar bisa menghabiskan waktu bersama anak-anak, tetapi tidak dapat terpenuhi.” ucap Intan. 


Intan juga memberikan gambaran pemicu lainnya yang membuat orang tua, baik Papa atau Mama merasakan parental burnout. 


“Ketika anak membutuhkan orang tua namun tidak ada timbal balik maka ia akan mencari perhatian. Pemicu kecil seperti mencari perhatian ini akan menguras emosi orang tua yang sedang dalam tekanan. Terbawa secara emosional inilah yang membuat parental burnout terjadi.” ceritanya. 



Tips Menghindari Parental Burnout 



Sebagai Program Leader Rumah Main Cikal, Tante Intan pun memberikan beberapa cara untuk mengatasi parental burnout.


  1. Memberi jeda dan bertukar peran sejenak dengan pasangan. 

Sebagai orang tua, Papa dan Mama dapat memberi jeda pada diri sendiri dan menyadari bahwa saat ini Papa atau Mama sedang dalam kondisi yang tidak nyaman.  Oleh karena itu, Papa atau Mama dapat saling meminta tolong pasangan atau anggota keluarga lain untuk mengambil alih peran selagi kita sedang dalam masa jeda.


  1. Menurunkan ekspektasi

Orang tua dapat belajar mencoba realistis dan menentukan skala prioritas agar tekanan dan tuntutan dapat diketahui, dan dipahami dengan baik. 


  1. Membuat kesepakatan bersama dengan anak-anak.

Orang tua dapat membuat kesepakatan dengan anak-anak saat orang tua mengerjakan pekerjaan kantor. Dengan membuat pengertian, misalnya, “Nak, Papa atau Mama bekerja dulu, ya. Nanti setelah Papa dan Mama bekerja kita bermain lagi ya.”


  1. Berkomunikasi dengan orang-orang yang dapat dipercaya seperti pasangan atau pun profesional.


Dengan membangun komunikasi dua arah dengan pasangan atau dengan profesional misalnya psikolog, untuk mengatasi rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh orang tua. 


  1. Menyadari bahwa kita bisa melakukan kesalahan dan itu adalah wajar, yang paling penting adalah belajar untuk lebih baik dan memperbaiki relasi dengan anak maupun pasangan.

I'M INTERESTED