Dua Alumni Sekolah Cikal Amri Setu Hadirkan Diskusi Mendalam Tentang Krisis Kemanusiaan di Palestina

Dua Alumni Sekolah Cikal Amri Setu Hadirkan Diskusi Mendalam Tentang Krisis Kemanusiaan di Palestina bersama Murid-Murid Sekolah Cikal


Durasi Waktu Baca : 4 Menit



Jakarta, Sekolah Cikal. Ramainya perbincangan publik dan penyebaran informasi yang tak terbatas di berbagai lini media terkait konflik Israel-Palestina yang kini tengah menjadi isu kemanusiaan dunia mendorong dua alumni Sekolah Cikal Amri Setu, Azzah Farras (2017) dan Nishrin Assegaf (2020) menghadirkan sesi dialog dan diskusi mendalam dengan para murid Cikal khususnya jenjang SMP-SMA pada (3/11) secara daring. 


Kehadiran sesi dialog dan diskusi mendalam ini didedikasikan oleh Azzah dan Nishrin untuk mendorong peningkatan kepekaaan dan kemampuan berpikir kritis murid Sekolah Cikal dalam menerima informasi, serta memahami secara utuh isu kemanusiaan yang dialami oleh masyarakat Palestina secara lebih mendalam dari berbagai konteks, baik itu sejarah dan/atau politik.


(Sesi berbagi pengetahuan tentang isu kemanusiaan di Palestina bersama Alumni Sekolah Cikal Amri Setu. Dok. Cikal)




Dari Pahami Konteks Sejarah, Istilah hingga Diskusi Mendalam Terkait Konflik Palestina-Israel


Diikuti oleh para murid dari jenjang SMP-SMA Sekolah Cikal, baik dari Sekolah Cikal Serpong, Sekolah Cikal Amri Setu, dan Sekolah Cikal Lebak Bulus, Azzah dan Nishrin memulai sesi yang berdurasi 1 jam tersebut dengan mengajak para murid untuk memahami kembali isu kemanusiaan yang terjadi dari sisi sejarah, memaknai dan memahami secara utuh serta benar istilah-istilah yang diperbincangkan publik terkait konflik Palestina-Israel, baik itu istilah zionisme, penghapusan etnik,genosida,emoji semangka yang digaungkan publik, dan lainnya dengan mengajak para murid mengungkapkan pendapatnya.


“Kami ingin mendorong para murid Sekolah Cikal untuk memahami bahwa konflik yang terjadi saat ini adalah isu kemanusiaan yang besar dimulai dari memahami kata kuncikonflik Israel-Palestina.” ungkap Azzah dalam sesi (3/11).


(Nishrin Assegaf dan Azzah Farras dorong para murid memahami dengan baik isu kemanusiaan yang terjadi di Palestina dalam diskusi mendalam. Dok. Cikal)


Para murid dengan antusias mengungkapkan pemahaman mereka secara bergantian terkait kata kunci yang terkait dengan isu kemanusiaan Palestina, baik dengan mengungkapkannya langsung di sesi zoom dan/atau menuliskannya dalam komen, seperti halnya pemahaman tentang Zionisme.


“Zionism adalah sebuah upaya membangun Negara Yahudi dan juga dalam prosesnya mereka melakukan genosida dan juga menyebarkan hoaks.” ucap salah satu murid dari Sekolah Cikal. 


Tak hanya mengartikan makna zionisme, para murid juga menghubungkan konteks arti pemahaman Apartheid yang diungkapkan oleh murid SMP Cikal lainnya.


"Apartheid itu adalah segregasi dalam ras dan etnik. Apartheid juga adalah pemisahan komunitas berdasarkan ras atau etnik." tutur salah satu perwakilan dari kelas 7 Sekolah Cikal lainnya. 


Pembahasan terkait konteks sejarah, memaknai setiap kata kunci yang terkait dengan isu kemanusiaan yang terjadi di Palestina, hingga diskusi secara bergantian menjadi pemantik diskusi yang erat antara murid dan kedua alumni Cikal yang aktif di berbagai organisasi nasional dan internasional selama hampir lebih dari 30 menit.


Baca juga : Tidak Paksa Anak Sempurna, Ini Cara Belajar TK dan SD Cikal Bandung!




Berpikir Kritis terhadap Narasi Isu Kemanusiaan di Berbagai Media


Nishrin Assegaf dalam sesi diskusi dan dialog mendalam terkait isu kemanusiaan di Palestina (3/11)  juga mendorong para murid untuk lebih berpikir kritis dalam menerima serta menelaah informasi dari berbagai narasi media terkait isu kemanusiaan di Palestina karena dalam beberapa media, penulisan narasi terkait isu kemanusiaan di Palestina seringkali menggunakan bahasa yang tidak memanusiakan. 


“Di krisis kemanusiaan yang terjadi saat ini banyak sekali isu yang diperebutkan, baik dari sisi ekonomi dan politik karena ada penindasdan yang tertindas dan juga ketidakseimbangan kekuatan atau pengaruh. Banyak sekali bahasa yang tidak memanusiakan di berbagai media, ada yang menggunakan bahasa pasif. Dengan banyaknya penggunaan narasi yang tidak mendukung Palestina di berbagai media, masyarakat palestina bergantung pada sosial media karena mereka tidak punya kontrol atas pergerakan narasi media dunia.” ungkap Nishrin.


Baca juga : Cerita Mayugra, Murid SMA Cikal Amri Setu, Wakili Indonesia di Tech Girls Summer Camp USA 2023





Alumni Cikal Dorong Murid Sekolah Cikal Turut Aktif Suarakan Kebenaran  


Memberikan penjelasan yang utuh terkait konteks sejarah hingga istilah, konteks media dalam penulisan narasi isu kemanusiaan di Palestina, hingga diskusi yang mendalam bersama para murid Cikal dalam sesi tanya jawab. 


“(Sekali lagi) Kenapa kita harus peduli dengan kondisi Palestina? Because we are the member of the world. Nishrin dan aku ingin mengajak kalian memahami bahwa konflik ini sangat besar dan kalian semua bisa terlibat dalam menyuarakannya.jelas Azzah.



(Dua alumni Cikal mendorong para murid Sekolah Cikal untuk aktif berjuang menghentikan krisis kemanusiaan di Palestina. Dok. Cikal)


Azzah menyebutkan bahwa terdapat cara-cara yang dapat dilakukan oleh murid Cikal untuk turut aktif berjuang menghentikan krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina, antara lain:


  • Menggerakkan aksi boikot untuk produk-produk yang mendukung Israel. 

  • Membangun kesadaran masyarakat akan kondisi yang terjadi di Palestina dengan menyuarakannya dari hal terkecil yakni dialog di rumah atau dengan teman sebaya. Kuncinya ada pada keutuhan dan pehamanan yang baik akan konteks sejarah yang mendasari kondisi ini. 

  • Melakukan donasi untuk bantuan kemanusiaan kepada Palestina. 



Baca juga : Sekolah Cikal Amri Setu Tingkatkan Bobot Pembelajaran Agama Islam dan Hadirkan Variasi Program



Tak hanya tiga cara di atas, Nishrin juga mendorong para murid Sekolah Cikal untuk menjadi bagian dari warga dunia yang dapat menyampaikan narasi kebenaran dari sisi perspektif kemanusiaan merujuk pada banyaknya korban yang telah berjatuhan di Palestina. 


“Aku harap kalian bisa turut bicara karena itu satu-satunya cara untuk menginformasikan kebenaran. Kita akan bisa mengontrol narasi yang sebelumnya itu menggunakan bahasa penindasan ke narasi yang mengedepankan perspektif kemanusiaan." tambahnya. 


Di akhir sesi, Azzah dan Nishrin menutup dengan menekankan bahwa proses belajar di sekolah Cikal dari berbagai program yang dihadirkan oleh Sekolah Cikal, baik itu Religious Studies, Languages, Social Sciences, Economy, Politics dan lainnya itu tidak akan terlepas dan akan selalu terhubung dengan berbagai isu dunia, salah satunya isu kemanusiaan di Palestina dan kedua alumni yang kini aktif menyuarakan kebenaran atas kondisi Palestina ini mendorong para murid untuk selalu menambah bacaan dan menerima informasi dengan kritis serta tetap berjuang menjadi bagian dari warga dunia berdaya yang turut menyuarakan kebebasan Palestina. (*)


Baca juga: 5 Keunggulan Sekolah Cikal Amri Setu, Sekolah Swasta Nasional Akreditasi A yang Terotorisasi IBDP di Jakarta Timur





Informasi Cikal Support Center 

Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut :+62 811-1051-1178




Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal 

  • Narasumber :  

    • Azzah Farras (Alumna Cikal 2017)

Setelah lulus dari Sekolah Cikal Amri Setu, Azzah melanjutkan pendidikan di UWC Atlantic College, Inggris. Ia aktif berkontribusi terhadap isu-isu sosial, seperti mengadakan konferensi antar-agama (interfaith conference) dan workshop terkait dampak politik, sosial, dan ekonomi dari perkebunan kelapa sawit. Azzah kini tengah melanjutkan pendidikannya di University of British Columbia, Kanada dan mendalami Politics, Philosophy, Economy (PPE). (Reference,  UWC Indonesia National Committee)


  • Nishrin Assegaf (Alumna Cikal 2020)

Nishrin merupakan lulusan dari Sekolah Cikal Amri Setu yang melanjutkan pendidikan di the University of Melbourne double majoring in Economics and Psychology. Ia juga merupakan advisor di BecomeMore Indonesia, a youth empowerment organization she has been involved in since High School. Kini, Nishrin aktif menyuarakan isu kemanusiaan yang terjadi di Palestina untuk memperjuangkan kebebasan Palestina.


  • Editor : Layla Ali Umar 

  • Penulis : Salsabila Fitriana


I'M INTERESTED