Durasi Waktu Baca : 4 Menit
Jakarta, Sekolah Cikal. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar dan pengembangan diri yang berkelanjutan, sehingga dalam praktiknya proses belajar tidak akan pernah dapat berhenti di satu titik, melainkan akan senantiasa berjalan sepanjang hayat bagi setiap dari kita pelajar sebagaimana yang digagas oleh Najelaa Shihab kala menghadirkan Sekolah Cikal sebagai komunitas pelajar sepanjang hayat.
Menghadirkan Cikal sebagai lini pendidikan berbasis kompetensi pertama di Indonesia di tahun 1999 yang memfokuskan pada pengembangan anak secara personalisasi untuk mencapai Kompetensi 5 Bintang Cikal, Najelaa Shihab pada (16/04) berhasil meraih penghargaan tokoh Inspiratif 50 Persona Femina Indonesia di Bidang Pendidikan dalam rangka perayaan 50 Tahun berdirinya Femina. (Najelaa Shihab, Pendiri Sekolah Cikal, meraih penghargaan sebagai Tokoh Inspiratif di bidang Pendidikan. Dok. Femina) Sebagai Pendiri Cikal, Najelaa Shihab terpilih menjadi 1 dari 50 tokoh inspiratif penggerak dan pembawa perubahan yang merefleksikan nilai dan visi Women Empowerment. Seperti apa gagasan-gagasan dan semangat Najelaa Shihab kala mendirikan Cikal? Simak beberapa refleksi terbaiknya di bawah ini. Dalam buku Cerita Cikal, Najelaa Shihab menceritakan pandangannya tentang konsep sekolah yang sejatinya tidak sama dengan konsep belajar itu sendiri. “Sekolah tidak otomatis sama dengan belajar. Pengalaman saya di lembaga pendidikan menunjukkan bahwa pengalaman bersekolah di tempat yang sama, belum tentu berarti kualitas pembelajaran yang setara, terlepas dari intensi terbaik semua yang menjalankannya. Menjalankan proses pendidikan penuh dengan kompleksitas, menjadi pendidik penuh dengan tantangan jangka panjang, tetapi fakta ini tidak berarti bahwa pendidikan bisa disimplifikasi atau peran guru bisa diprioritaskan hanya untuk tujuan di saat ini.” tulis Najelaa. Dalam hal ini, hal yang ia tekankan adalah bahwa pengalaman bersekolah saja sejatinya tidak sama dengan pengalaman pembelajaran yang dirasakan oleh seorang anak sehingga proses pendidikan itu memerlukan sebuah pola pembelajaran, lingkungan, para pendidik yang siap melangkah bersama secara jangka panjang sebagaimana yang ia ciptakan di Cikal. Bagi pendiri Sekolah Cikal ini, proses pendidikan bagi anak adalah sebuah proses sosial yang tidak hanya terbatas dalam ruang kelas saja. “Sejak awal Cikal berdiri kami meyakini bahwa proses pendidikan adalah proses sosial yang terjadi tidak semata di ruang kelas yang terisolasi atau di satuan lembaga yang terpisah dari ekosistem masyarakatnya, karena itu pula, sejak awal Cikal tidak pernah sekadar menyebut dirinya sebagai sekolah, tetapi mengidentifikasikan diri sebagai komunitas pelajar sepanjang hayat.” jelasnya. Di Cikal, proses pembelajaran dibentuk secara personalisasi, bahkan sejak PAUD hingga SMA, yang menyesuaikan fase tumbuh kembang anak. Baca juga : Mengenal Rumah Main Cikal, Jenjang Prasekolah Bagi Anak Usia 6 Bulan hingga 4 Tahun di Cikal Perspektif kedua yang disampaikan oleh Najelaa Shihab adalah anak-anak adalah subjek dari pendidikan dan bukan objek pendidikan. Artinya, anak-anak berhak untuk memberikan suara dan memilih apa yang ingin ia dalami sebagai seorang pelajar yang merdeka. “Kalau kita percaya bahwa anak adalah subyek dalam proses belajarnya, maka tak ada cara selain menghadapi kompleksitas dan tantangan pendidikan justru dengan memulainya dari cita-cita pertama Cikal yakni Pelajar Merdeka, untuk menumbuhkan “Merdeka Belajar” dan melakukannya dengan cara awal untuk “Memanusiakan Hubungan”.” ungkap Najelaa. (Cikal merupakan pionir lembaga pendidikan yang menjadikan anak sebagai subjek pendidikan. Dok. Cikal) Baca juga : Sejarah Cikal, Sekolah Berbasis Kompetensi Pertama di Indonesia Menjadi sekolah yang sudah dikenal baik oleh Indonesia, Najelaa Shihab menyebutkan kilas balik penamaan “Cikal” sebagai sekolah berbasis kompetensi dan juga menerapkan pendekatan personalisasi yang ia hadirkan pada tahun 1999. Ia menyebutkan bahwa impian terbesarnya adalah menumbuhkan keunikan dari setiap anak dan mendorong anak mengoptimalkan versi terbaik dari dirinya sebagai manusia “Nama “Cikal” dipilih karena paradigma utama untuk menumbuhkan bibit keunikan setiap anak, bukan mencetak sesuai standar; memahami bahwa setiap kita punya predisposisi sejak usia dini, yang perlu dikuatkan bukan dengan guru yang menggurui atau orangtua yang menitipkan ambisi, tetapi oleh semua orang dewasa yang memfasilitasi, melatih dan menjadi teladan kompetensi sambil menghormati keberagaman anak untuk menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.” ceritanya. (Didirikan untuk mencetak generasi Indonesia dengan masing-masing keunikannya, pendidikan di Cikal tidak mencetak anak standar. Dok. Hari Ulang Cikal) Menghadirkan sebuah lembaga pendidikan yang memiliki paradigma berbeda, Cikal membangun komitmen setiap anak adalah prioritas dalam proses pendidikan. Tak hanya itu, dengan pendekatan personalisasi yang diunggulkan dan cita-cita Kompetensi 5 Bintang Cikal, Najelaa Shihab berhasil menghadirkan lembaga pendidikan yang menggerakkan perubahan sosial. “Setiap anak adalah prioritas, “whatever it takes” jadi dorongan yang paling sering diucapkan kepada sejawat dalam menghadapi berbagai tantangan. Cikal, komunitas pelajar sepanjang hayat, didirikan untuk mendorong perubahan. Bukan sekadar perubahan praktik di kelas dari apa yang saya atau nenek buyut kita alami puluhan atau ratusan tahun lalu, tetapi menggerakkan perubahan sosial, pendidikan yang berpusat pada anak, akan selalu menumbuhkan kekuatan masyarakat yang berpusat pada manusia.” ungkapnya. Baca juga : Orang tua, Ini Pentingnya Sekolah Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dimulai dari Kemang Raya, untuk jenjang PAUD, Najelaa Shihab menghadirkan kurikulum yang mengoptimalkan keberpihakan pada anak dalam pendidikan. Dengan adanya Personalized Curriculum Circle yang merupakan media bagi pengembangan bibit-bibit keunggulan anak, Najelaa menggerakkan banyak kolaborasi baik itu dengan murid, orangtua, dan guru, untuk tetap mempertahankan gagasannya, mencapai keutuhan pembelajaran yang bermakna bagi setiap anak dan seluruh komunitas Cikal. “Di Cikal kita semua saling mengingatkan bahwa setiap bagian dari komunitas bukan hanya nama apalagi angka dan data, tetapi diperlakukan dengan kepedulian seperti anak dan keluarga sendiri dengan proses bermain, belajar dan bekerja yang terpersonalisasi bukan hanya di dokumen Personalized Curriculum Circle (PCC) tetapi dalam relasi dan interaksi penuh empati.” ucapnya. Sejak dibangun tahun 1999 dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini, kelima cuplikan gagasan awal mula pendirian Cikal sebagai lembaga pendidikan multigenerasi dan kini dikenal sebagai sekolah berbasis kompetensi terbaik di Indonesia telah membuktikan passion Najelaa Shihab pada dunia pendidikan anak di Indonesia. Ia mengajak guru dan orangtua untuk melakukan gerakan perubahan pada sistem pendidikan di Indonesia yang mampu mengembangkan karakter anak secara maksimal, salah satunya Merdeka Belajar. Kini, Cikal telah memiliki Rumah Main Cikal, Sekolah Cikal, Pendidikan Inklusi Cikal, Kampus Guru Cikal dan juga Yayasan Guru Belajar yang akan selalu bergerak memberikan inovasi bagi perbaikan pendidikan di Indonesia. Selamat, Ibu Najelaa Shihab, terima kasih telah menginspirasi semua pihak! (*) Baca juga : Sekolah Cikal Lahirkan Pribadi Unggul dengan Keunikannya Hadapi Persaingan Masa Depan Tanyakan informasi mengenai pendaftaran, program hingga kurikulum Cikal melalui Whatsapp berikut : https://bit.ly/cikalcs (tim Customer Service Cikal) Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tim Digital Cikal Narasumber : Najelaa Shihab, Pendiri Cikal Editor : Layla Ali Umar Penulis : Salsabila FitrianaPendidikan itu Sifatnya Jangka Panjang dan Tidak Hanya Terbatas Ruang Kelas
Kemerdekaan Belajar dimulai dari Anak karena Anak adalah Subjek Pendidikan
Komitmen Tumbuhkan Setiap Keunikan Anak
Berpusat Pada Manusia dan Setiap Anak adalah Prioritas
Personalisasi Pembelajaran, Kolaborasi, dan Interaksi Penuh Empati
Informasi Customer Service Cikal